Pengunjung Website
Hari Ini: 4,536
Minggu Ini: 107,823
Bulan Ini: 107,823
|
Jumlah Pengunjung: 14,966,350

LANUD RADEN SADJAD

Kolonel Pnb Dedy Iskandar, S.Sos., M.M.S., M.Han.

Komandan Lanud Raden Sadjad

Kolonel Pnb Dedy Iskandar, S.Sos., M.M.S., M.Han., lahir di Gresik, 26 April 1977, merupakan lulusan AAU tahun 1998. Menjadi siswa Sekolah Penerbang (Sekbang) pada tahun 2000. Pendidikan Sekolah Instruktur Penerbang (SIP) tahun 2008. Mengikuti Sesko China tahun 2014 dan Sesko TNI 2021. Selanjutnya dilantik menjadi Komandan Lanud Raden Sadjad (Lanud RSA), Ranai Natuna pada tanggal 05 Juli 2023 sampai sekarang.

Menyiapkan dan Melaksanakan pembinaan dan pengoperasian seluruh satuan dalam jajarannya, pembinaan potensi dirgantara serta menyelenggarakan dukungan operasi bagi satuan lainnya.

VISI

  1. Bahwa TNI Angkatan Udara menggunakan media udara/dirgantara sebagai ruang gerak dan juangnya.
  2. Bahwa TNI Angkatan Udara sebagai pengaman, pangawal, dan penegak kedaulatan negara di udara dirgantara Nasional siap untuk beroperasi dan tidak di batasi oleh ruang dan waktu.
  3. Bahwa TNI Angkatan Udara sesuai dengan sifat alut sista nya menghadapi situasi apapun cepat tanggap/bereaksi untuk melaksanakan Operasi Udara.
  4. Bahwa Pangkalan Udara sebagai ujung tombak TNI Angkatan Udara selalu siap melaksanakan tugas pokoknya baik dalam bidang pembinaan maupun operasi.

  

MISI

  1. Melaksanakan pembinaan satuan dalam jajarannya untuk dapat mempertahankan dan mempertinggi kemampuan operasionalnya.
  2. Merencanakan dan melaksanakan latihan satuan dalam jajarannya agar setiap saat mampu mendukung pelaksanaan operasi.
  3. Menyelenggarakan operasi udara dan keamanan pertahanan pangkalan.
  4. Menyiapkan dan menyediakan dukungan adminlog bagi satuan dan insub ataupun satuan tugas operasi yang berada di/atau menggunakan wilayah tanggung jawabnya.
  5. Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan udara melalui pembinaan potensi dirgantara.
  6. Mengadakan koordinasi dengan badan dan instansi terkait di dalam dan di luar lanud..
  7. Mengajukan saran dan pertimbangan kepada Pangkoopsau I mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bidang tugasnya.

SEJARAH SINGKAT LANUD RADEN SADJAD

Pangkalan TNI AU (Lanud) Raden Sadjad semula bernama Lanud Ranai terletak di Kabupaten Natuna yang secara astronomis terletak pada titik koordinat 3°54’19?N 108°23’23?E.

 

Lanud Raden Sadjad berbatasan pada sebelah Barat dengan Kampung Pering, pada sebelah Timur dengan pantai Laut Natuna Utara, pada sebelah Utara dengan Kampung Batu Hitam dan pada sebelah Selatan dengan Kampung Penagi.

 

SEJARAH PEMBANGUNAN AWAL LANDASAN

Dituturkan bahwa sejarah pembangunan landasan pacu Lanud Raden Sadjad merupakan perwujudan konkrit dari kemanunggalan TNI dan rakyat. Hal ini karena sejak awal pembangunan, masyarakat Ranai khususnya telah terlibat secara aktif dan sukarela bergotong royong dengan prajurit TNI AU untuk membangun landasan pacu tersebut. Semangat tersebut merupakan bukti bahwa Lanud Raden Sadjad lahir dari keringat masyarakat Ranai yang bertekad untuk berjuang demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kepulauan Natuna yang merupakan gugusan pulau paling luar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam dan Kamboja serta berada dalam 2 jalur perhubungan internasional yaitu jalur penerbangan dan jalur laut. Berdasar fakta tersebut, para pimpinan pendahulu TNI AU memandang perlu untuk membangun sebuah pangkalan udara sebagai pertahanan di wilayah barat dengan harapan agar mampu menjadi benteng pertahanan pertama jika terjadi gangguan keamanan berupa invasi negara asing. Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno kemudian memerintahkan Letnan Udara Satu Raden Sadjad melalui Kasau Marsekal TNI Suryadi Suryadarma untuk segera melaksanakan proses pembangunan landasan pacu di Kepulauan Natuna. Secara kronologis riwayat perjuangan untuk membangun Lanud Raden Sadjad adalah sebagai berikut:

 

-Tanggal 20 Maret Tahun 1952. Tim survei dari Markas Besar AURI (Mabes AURI) datang ke Pulau Natuna dengan menggunakan Kapal Motor B.O. 38 dan bersandar di Pelabuhan Dagang Penagi yang merupakan pusat perniagaan masyarakat Ranai saat itu serta segera mengadakan pertemuan dengan seluruh masyarakat.

 

-Tanggal 21 Maret Tahun 1952. Asisten Wedana Kecamatan Bunguran Timur bersama para pemuka masyarakat membawa tim tersebut ke daerah yang bernama Padang Air Uma untuk mengadakan peninjauan dan survei.

 

-Tahun 1953. Tim survei kedua kembali datang dan mendarat di alur Pelabuhan Penagi menggunakan pesawat AURI PBY Catalina. Tim mengadakan survei selama satu hari penuh guna melengkapi data-data lokasi yang akan dijadikan landasan pacu pesawat. -Bulan April Tahun 1955. Saat menjelang pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, beberapa penduduk Pulau Natuna melihat sebuah pesawat yang terbang dalam keadaan terbakar kemudian jatuh di laut dekat Pulau Batu Billis Kelurahan Kelarik Kecamatan Bunguran Barat sekitar pukul 16.25 WIB. Pesawat jatuh tersebut adalah Lockheed L-749A Constellation milik maskapai penerbangan India

Khasmir Princess” yang membawa delegasi Republik Rakyat Cina dan delegasi negara-negara Eropa Timur ke Konferensi KAA di Bandung. Dengan adanya kejadian tersebut maka Pemerintah saat itu membuat keputusan untuk segera mempercepat pembangunan landasan pacu di Kepulauan Natuna.

 

-Tanggal 5 Mei Tahun 1955. Mabes AURI mengirim Tim Pembangunan Landasan Pacu yang dipimpin oleh Letnan Udara Satu Raden Sadjad NRP 462981 dengan 6 orang anggota, yaitu:

  1. Pratu Effert Watulingas (ADC)
  2. Sipil Komaling (Mandor 1)
  3. Sipil Williem (Mandor 2 merangkap tukang kayu)
  4. Sipil Mathias (Juru masak merangkap tukang kayu)
  5. Sipil Chalik (Juru masak merangkap tukang kayu)
  6. Sipil Othing (Tehnik).

Tim mendarat di alur Pelabuhan Sedanau menggunakan pesawat PBY Catalina dan selanjutnya pada pukul 19.00 WIB tim berangkat menuju ke Ranai menggunakan kapal motor penduduk setempat. Selain mengemban tugas untuk membangun landasan pacu, Letnan Udara Satu Raden Sadjad juga mensosialisasikan kemerdekaan Indonesia dengan mengajarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya kepada masyarakat Ranai.

 

-Tanggal 6 Mei Tahun 1955. Tim menggelar musyawarah dengan para pejabat dan tokoh masyarakat setempat. Hasil musyawarah tersebut, sebanyak 17 orang masyarakat secara bergotong royong memulai pengukuran dan pematokan lokasi di daerah Padang Air Uma yang disaksikan oleh Wakil Lurah Ranai, Bapak Bujang Ali Samad. Kondisi Padang Air Uma saat itu merupakan hutan, rawa dan kebun kelapa serta pemakaman umum masyarakat. Di sebelah utara terdapat perkampungan Tandjung Pasir yang dihuni oleh 5 kepala keluarga, sebelah selatan sekitar 15 m terdapat laut muara Sungai Ulu yang bermuara di alur Pelabuhan Penagi, di sebelah timur sekitar 350 m terdapat pantai dan di sebelah barat sekitar 50 m terdapat kebun kelapa milik masyarakat.

 

-Tanggal 20 Mei Tahun 1955. Letnan Udara Satu Raden Sadjad dinaikkan pangkatnya menjadi Kapten Udara dan dijadikan Komandan Lanud Ranai yang pertama. Pembangunan lanjutan landasan pacu terus dilaksanakan dengan membangun fasilitas-fasilitas pendukung pangkalan menggunakan tenaga pekerja harian dengan upah 3 dollar Malaya. Bagi pekerja- pekerja yang memiliki semangat kerja dan berprestasi baik kemudian diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil AURI. Sedangkan masyarakat yang telah berjasa dalam membuka hutan atau membangun landasan pacu secara suka rela dan gotong royong diberikan piagam penghargaan oleh Kasau Suryadi Suryadarma serta diberi kesempatan menikmati penerbangan (joy flight) di atas Kepulauan Natuna dengan pesawat C-47 Dakota.

 

– Tanggal 27 Mei Tahun 1955. Pembangunan Lanud dilaksanakan bersama masyarakat dari 8 desa (Ranai, Sepempang, Tandjung, Tjeruk, Kelanga, Pengadah, Sungai Ulu dan Tjemaga). Terhimpun sebanyak 5.722 orang yang membantu pembangunan dan dilaksanakan secara bergantian oleh 100 orang setiap harinya menggunakan peralatan sederhana yang dibawa oleh tim berupa sekop 4 buah, kampak 2 buah dan palu besar 2 buah. Kekurangan peralatan berupa cangkul, parang dan karung pengangkut pasir dibawa sendiri oleh masyarakat serta sebagian diperoleh dari toko-toko secara kredit termasuk bahan makanan. Guna menghilangkan kepenatan pada malam harinya diputarkan film (layar tancap) yang sudah dipersiapkan oleh tim sehingga masyarakat menjadi antusias dalam melaksanakan pekerjaannya dan menjadi satu-satunya hiburan yang ada pada masa itu. Pekerjaan awal yang dilaksanakan adalah membuka hutan, landasan pacu dibangun membujur dari selatan ke utara dengan azimut 00/18, panjang 1300 m dan lebar 40 m dengan shoulder kiri-kanan masing-masing 15 m. Landasan ini berupa landasan rumput yang diperkeras dengan batu karang di garis tengah membujur seukuran jarak roda- roda pesawat C- 47 Dakota.

 

-Tanggal 2 Agustus Tahun 1955. Kasau Komodor Udara Suryadi Suryadarma beserta rombongan tiba di Lanud Ranai menggunakan pesawat PBY Catalina yang mendarat di Pelabuhan Pelantar Penagih. Didampingi oleh Letnan Udara Satu Raden Sadjad, Kasau dan rombongan meninjau hasil-hasil yang telah dicapai dalam pembangunan landasan pacu di Ranai. Bentuk landasan pacu mulai terlihat yang tadinya merupakan rawa dan hutan sudah menjadi rata, namun dalam proses pengerjaannya menemui beberapa hambatan karena keterbatasan peralatan di Ranai. Hal ini mempengaruhi kelancaran pembangunan sehingga jalan keluar sementara adalah dengan menggunakan peralatan manual berasal dari pohon kelapa yang diangkat dan ditumbukkan ke tanah tetapi hasilnya pun masih kurang memuaskan.

 

-Tanggal 2 September Tahun 1955. Guna mengatasi permasalahan keterbatasan peralatan yang ada, maka Pratu Effert Watulingas dengan 2 anggota berangkat ke Tanjung Pinang untuk meminjam stoomwals ke jawatan Pekerjaan Umum (PU) Tanjung Pinang.

 

-Tanggal 7 September Tahun 1955. Stoomwals tiba di Ranai dengan menggunakan K.M Lipur di Pelabuhan Penagi. Stoomwals yang beratnya 6 ton tidak memungkinkan untuk diturunkan ke atas dermaga yang terbuat dari kayu, sehingga dalam proses penurunannya stoomwals tersebut dibongkar menjadi bagian-bagian kecil dan dirakit kembali di darat hingga dapat digunakan. Dengan adanya bantuan mobil Jeep dan 2 buah Trailer, kesulitan pengangkutan pasir dan batu karang ke landasan pacu dapat diatasi sehingga mampu mempercepat proses pembangunan. Pengerasan dan pemadatan landasan pacu dikerjakan menggunakan stoomwals secara terus-menerus selama 24 jam. Saat malam hari, pekerjaan dilakukan oleh 2 orang yang berperan sebagai pengemudi dan pemegang lampu petromak. Pekerjaan terus dilaksanakan secara bergiliran setiap 6 jam hingga akhirnya pendaratan pertama tiba.

 

-Tanggal 29 Desember Tahun 1955. Sebuah pesawat AURI berjenis C-47 Dakota dengan pilot Kapten Udara A. Fatah dan nomor registrasi T-480 akhirnya berhasil melaksanakan landing test di landasan pacu Ranai.

Kapten Udara A. Fatah merupakan salah satu penerbang AURI berkualifikasi test pilot dan memiliki mission track record yang baik pada masa itu. Percobaan pendaratan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan aman.

 

-Tanggal 10 Maret Tahun 1956. Pembangunan landasan pacu Lanud Ranai dinyatakan selesai. Dalam pembangunan tahap pertama ini tidak kurang dari 12 orang pemilik pohon kelapa mendapat ganti rugi sebesar 2 dollar Malaya untuk setiap batang pohon. Rumah-rumah yang terkena proyek tersebut adalah milik 5 kepala keluarga dengan ikhlas dan gembira menerima ganti rugi yang cukup besar pada masa itu serta mendapat lahan relokasi serta rumah baru di daerah Kampung Pering.

 

PEMBANGUNAN LANJUTAN LANUD RANAI

Guna mengantisipasi dampak yang terjadi akibat perang di Vietnam seperti isu pengungsi dan agar landasan pacu dapat didarati oleh pesawat AURI yang lebih besar yaitu pesawat C- 130 Hercules, pembangunan lanjutan landasan pacu dilaksanakan kembali mulai tahun 1960.

 

-Tahun 1975. Landasan pacu Lanud Ranai selanjutnya diperkeras, diperlebar dan diperpanjang sejauh 200 m sehingga landasan pacu memiliki dimensi 2.550 X 32 m. Pembangunan fasilitas pendukung lainnya berupa penambahan Apron, Albanav (NDB, R/W light dan tower), hanggar dan Apron barat serta scramble area di R/W 36.

 

-Tanggal 16 Mei Tahun 1981. Dalam menghadapi situasi yang terjadi di wilayah Vietnam dan Kamboja saat itu, Pemerintah dihadapkan pada isu pengungsi serta pencurian terhadap kekayaan laut Indonesia. Oleh karena itu, tahap pembangunan Lanud Ranai selanjutnya adalah pembuatan hanggar dan Apron di sebelah barat landasan pacu serta pembuatan scramble area di ujung landasan pacu sebelah selatan yang selesai pembangunannya pada tahun 1981. Secara keseluruhan peresmian dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 1981 oleh Menhankam Pangab, Jenderal TNI M. Jusuf.

 

PENINGKATAN STATUS LANUD RANAI

Berdasarkan Peraturan Kasau Nomor 30 Tahun 2015 tanggal 23 Oktober 2015, Lanud Ranai telah dinaikkan statusnya dari semula Lanud tipe C menjadi Lanud tipe B. Semenjak saat itu, Lanud Ranai dipimpin oleh Komandan Lanud dijabat seorang Perwira Menengah (Pamen) TNI AU berpangkat Kolonel. Sebagai Lanud tipe B, Lanud Ranai bertugas menyiapkan dan melaksanakan pembinaan dan pengoperasian seluruh satuan dalam jajarannya, pemberdayaan wilayah pertahanan udara dan menyelenggarakan dukungan operasi bagi satuan lainnya.

 

PERUBAHAN NAMA MENJADI LANUD RADEN SADJAD

Selanjutnya guna menghormati jasa-jasa Letnan Udara Satu Raden Sadjad dalam membangun Lanud Ranai, maka berdasar Surat Keputusan Kasau Nomor Kep/678/X/2016 tanggal 21 Oktober 2016, nama Lanud Ranai berubah menjadi Lanud Raden Sadjad. Pemilihan nama Letnan Udara Satu Raden Sadjad sebagai nama Lanud merupakan upaya pelestarian nilai- nilai juang sekaligus menanamkan kebanggaan kepada masyarakat sekitar sehingga diharapkan generasi penerus dapat meneladani semangat nasionalisme yang ditorehkan oleh Raden Sadjad.

Pangkoopsau I Marsda Yuyu Sutisna saat itu, menjelaskan bahwa pergantian nama ini sudah melalui mekanisme koordinasi yang sangat baik antara pihak TNI AU dengan pejabat pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tokoh agama dan ahli waris untuk mengabadikan nama Lanud Ranai dengan nama tokoh pejuang dan perintis TNI AU di Kepulauan Natuna yaitu Raden Sadjad. Peresmian pergantian nama Lanud disaksikan oleh para pejabat saat itu yakni wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni Suprapti, Komandan Lanud Raden Sadjad Kolonel Pnb Nurtantio Affan, ahli waris, tokoh agama dan tokoh masyarakat serta pejabat Pemkab Natuna dan unsur FKPD Natuna.

SEJARAH SINGKAT LANUD RADEN SADJAD

Pangkalan TNI AU (Lanud) Raden Sadjad semula bernama Lanud Ranai terletak di Kabupaten Natuna yang secara astronomis terletak pada titik koordinat 3°54’19?N 108°23’23?E.


Lanud Raden Sadjad berbatasan pada sebelah Barat dengan Kampung Pering, pada sebelah Timur dengan pantai Laut Natuna Utara, pada sebelah Utara dengan Kampung Batu Hitam dan pada sebelah Selatan dengan Kampung Penagi.

 

SEJARAH PEMBANGUNAN AWAL LANDASAN

Dituturkan bahwa sejarah pembangunan landasan pacu Lanud Raden Sadjad merupakan perwujudan konkrit dari kemanunggalan TNI dan rakyat. Hal ini karena sejak awal pembangunan, masyarakat Ranai khususnya telah terlibat secara aktif dan sukarela bergotong royong dengan prajurit TNI AU untuk membangun landasan pacu tersebut. Semangat tersebut merupakan bukti bahwa Lanud Raden Sadjad lahir dari keringat masyarakat Ranai yang bertekad untuk berjuang demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kepulauan Natuna yang merupakan gugusan pulau paling luar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam dan Kamboja serta berada dalam 2 jalur perhubungan internasional yaitu jalur penerbangan dan jalur laut. Berdasar fakta tersebut, para pimpinan pendahulu TNI AU memandang perlu untuk membangun sebuah pangkalan udara sebagai pertahanan di wilayah barat dengan harapan agar mampu menjadi benteng pertahanan pertama jika terjadi gangguan keamanan berupa invasi negara asing. Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno kemudian memerintahkan Letnan Udara Satu Raden Sadjad melalui Kasau Marsekal TNI Suryadi Suryadarma untuk segera melaksanakan proses pembangunan landasan pacu di Kepulauan Natuna. Secara kronologis riwayat perjuangan untuk membangun Lanud Raden Sadjad adalah sebagai berikut:

 

-Tanggal 20 Maret Tahun 1952. Tim survei dari Markas Besar AURI (Mabes AURI) datang ke Pulau Natuna dengan menggunakan Kapal Motor B.O. 38 dan bersandar di Pelabuhan Dagang Penagi yang merupakan pusat perniagaan masyarakat Ranai saat itu serta segera mengadakan pertemuan dengan seluruh masyarakat.

 

-Tanggal 21 Maret Tahun 1952. Asisten Wedana Kecamatan Bunguran Timur bersama para pemuka masyarakat membawa tim tersebut ke daerah yang bernama Padang Air Uma untuk mengadakan peninjauan dan survei.

 

-Tahun 1953. Tim survei kedua kembali datang dan mendarat di alur Pelabuhan Penagi menggunakan pesawat AURI PBY Catalina. Tim mengadakan survei selama satu hari penuh guna melengkapi data-data lokasi yang akan dijadikan landasan pacu pesawat. -Bulan April Tahun 1955. Saat menjelang pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, beberapa penduduk Pulau Natuna melihat sebuah pesawat yang terbang dalam keadaan terbakar kemudian jatuh di laut dekat Pulau Batu Billis Kelurahan Kelarik Kecamatan Bunguran Barat sekitar pukul 16.25 WIB. Pesawat jatuh tersebut adalah Lockheed L-749A Constellation milik maskapai penerbangan India

Khasmir Princess” yang membawa delegasi Republik Rakyat Cina dan delegasi negara-negara Eropa Timur ke Konferensi KAA di Bandung. Dengan adanya kejadian tersebut maka Pemerintah saat itu membuat keputusan untuk segera mempercepat pembangunan landasan pacu di Kepulauan Natuna.

 

-Tanggal 5 Mei Tahun 1955. Mabes AURI mengirim Tim Pembangunan Landasan Pacu yang dipimpin oleh Letnan Udara Satu Raden Sadjad NRP 462981 dengan 6 orang anggota, yaitu:

  1. Pratu Effert Watulingas (ADC)
  2. Sipil Komaling (Mandor 1)
  3. Sipil Williem (Mandor 2 merangkap tukang kayu)
  4. Sipil Mathias (Juru masak merangkap tukang kayu)
  5. Sipil Chalik (Juru masak merangkap tukang kayu)
  6. Sipil Othing (Tehnik).

Tim mendarat di alur Pelabuhan Sedanau menggunakan pesawat PBY Catalina dan selanjutnya pada pukul 19.00 WIB tim berangkat menuju ke Ranai menggunakan kapal motor penduduk setempat. Selain mengemban tugas untuk membangun landasan pacu, Letnan Udara Satu Raden Sadjad juga mensosialisasikan kemerdekaan Indonesia dengan mengajarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya kepada masyarakat Ranai.

 

-Tanggal 6 Mei Tahun 1955. Tim menggelar musyawarah dengan para pejabat dan tokoh masyarakat setempat. Hasil musyawarah tersebut, sebanyak 17 orang masyarakat secara bergotong royong memulai pengukuran dan pematokan lokasi di daerah Padang Air Uma yang disaksikan oleh Wakil Lurah Ranai, Bapak Bujang Ali Samad. Kondisi Padang Air Uma saat itu merupakan hutan, rawa dan kebun kelapa serta pemakaman umum masyarakat. Di sebelah utara terdapat perkampungan Tandjung Pasir yang dihuni oleh 5 kepala keluarga, sebelah selatan sekitar 15 m terdapat laut muara Sungai Ulu yang bermuara di alur Pelabuhan Penagi, di sebelah timur sekitar 350 m terdapat pantai dan di sebelah barat sekitar 50 m terdapat kebun kelapa milik masyarakat.

 

-Tanggal 20 Mei Tahun 1955. Letnan Udara Satu Raden Sadjad dinaikkan pangkatnya menjadi Kapten Udara dan dijadikan Komandan Lanud Ranai yang pertama. Pembangunan lanjutan landasan pacu terus dilaksanakan dengan membangun fasilitas-fasilitas pendukung pangkalan menggunakan tenaga pekerja harian dengan upah 3 dollar Malaya. Bagi pekerja- pekerja yang memiliki semangat kerja dan berprestasi baik kemudian diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil AURI. Sedangkan masyarakat yang telah berjasa dalam membuka hutan atau membangun landasan pacu secara suka rela dan gotong royong diberikan piagam penghargaan oleh Kasau Suryadi Suryadarma serta diberi kesempatan menikmati penerbangan (joy flight) di atas Kepulauan Natuna dengan pesawat C-47 Dakota.

 

– Tanggal 27 Mei Tahun 1955. Pembangunan Lanud dilaksanakan bersama masyarakat dari 8 desa (Ranai, Sepempang, Tandjung, Tjeruk, Kelanga, Pengadah, Sungai Ulu dan Tjemaga). Terhimpun sebanyak 5.722 orang yang membantu pembangunan dan dilaksanakan secara bergantian oleh 100 orang setiap harinya menggunakan peralatan sederhana yang dibawa oleh tim berupa sekop 4 buah, kampak 2 buah dan palu besar 2 buah. Kekurangan peralatan berupa cangkul, parang dan karung pengangkut pasir dibawa sendiri oleh masyarakat serta sebagian diperoleh dari toko-toko secara kredit termasuk bahan makanan. Guna menghilangkan kepenatan pada malam harinya diputarkan film (layar tancap) yang sudah dipersiapkan oleh tim sehingga masyarakat menjadi antusias dalam melaksanakan pekerjaannya dan menjadi satu-satunya hiburan yang ada pada masa itu. Pekerjaan awal yang dilaksanakan adalah membuka hutan, landasan pacu dibangun membujur dari selatan ke utara dengan azimut 00/18, panjang 1300 m dan lebar 40 m dengan shoulder kiri-kanan masing-masing 15 m. Landasan ini berupa landasan rumput yang diperkeras dengan batu karang di garis tengah membujur seukuran jarak roda- roda pesawat C- 47 Dakota.

 

-Tanggal 2 Agustus Tahun 1955. Kasau Komodor Udara Suryadi Suryadarma beserta rombongan tiba di Lanud Ranai menggunakan pesawat PBY Catalina yang mendarat di Pelabuhan Pelantar Penagih. Didampingi oleh Letnan Udara Satu Raden Sadjad, Kasau dan rombongan meninjau hasil-hasil yang telah dicapai dalam pembangunan landasan pacu di Ranai. Bentuk landasan pacu mulai terlihat yang tadinya merupakan rawa dan hutan sudah menjadi rata, namun dalam proses pengerjaannya menemui beberapa hambatan karena keterbatasan peralatan di Ranai. Hal ini mempengaruhi kelancaran pembangunan sehingga jalan keluar sementara adalah dengan menggunakan peralatan manual berasal dari pohon kelapa yang diangkat dan ditumbukkan ke tanah tetapi hasilnya pun masih kurang memuaskan.

 

-Tanggal 2 September Tahun 1955. Guna mengatasi permasalahan keterbatasan peralatan yang ada, maka Pratu Effert Watulingas dengan 2 anggota berangkat ke Tanjung Pinang untuk meminjam stoomwals ke jawatan Pekerjaan Umum (PU) Tanjung Pinang.

 

-Tanggal 7 September Tahun 1955. Stoomwals tiba di Ranai dengan menggunakan K.M Lipur di Pelabuhan Penagi. Stoomwals yang beratnya 6 ton tidak memungkinkan untuk diturunkan ke atas dermaga yang terbuat dari kayu, sehingga dalam proses penurunannya stoomwals tersebut dibongkar menjadi bagian-bagian kecil dan dirakit kembali di darat hingga dapat digunakan. Dengan adanya bantuan mobil Jeep dan 2 buah Trailer, kesulitan pengangkutan pasir dan batu karang ke landasan pacu dapat diatasi sehingga mampu mempercepat proses pembangunan. Pengerasan dan pemadatan landasan pacu dikerjakan menggunakan stoomwals secara terus-menerus selama 24 jam. Saat malam hari, pekerjaan dilakukan oleh 2 orang yang berperan sebagai pengemudi dan pemegang lampu petromak. Pekerjaan terus dilaksanakan secara bergiliran setiap 6 jam hingga akhirnya pendaratan pertama tiba.

 

-Tanggal 29 Desember Tahun 1955. Sebuah pesawat AURI berjenis C-47 Dakota dengan pilot Kapten Udara A. Fatah dan nomor registrasi T-480 akhirnya berhasil melaksanakan landing test di landasan pacu Ranai.

Kapten Udara A. Fatah merupakan salah satu penerbang AURI berkualifikasi test pilot dan memiliki mission track record yang baik pada masa itu. Percobaan pendaratan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan aman.

 

-Tanggal 10 Maret Tahun 1956. Pembangunan landasan pacu Lanud Ranai dinyatakan selesai. Dalam pembangunan tahap pertama ini tidak kurang dari 12 orang pemilik pohon kelapa mendapat ganti rugi sebesar 2 dollar Malaya untuk setiap batang pohon. Rumah-rumah yang terkena proyek tersebut adalah milik 5 kepala keluarga dengan ikhlas dan gembira menerima ganti rugi yang cukup besar pada masa itu serta mendapat lahan relokasi serta rumah baru di daerah Kampung Pering.

 

PEMBANGUNAN LANJUTAN LANUD RANAI

Guna mengantisipasi dampak yang terjadi akibat perang di Vietnam seperti isu pengungsi dan agar landasan pacu dapat didarati oleh pesawat AURI yang lebih besar yaitu pesawat C- 130 Hercules, pembangunan lanjutan landasan pacu dilaksanakan kembali mulai tahun 1960.

 

-Tahun 1975. Landasan pacu Lanud Ranai selanjutnya diperkeras, diperlebar dan diperpanjang sejauh 200 m sehingga landasan pacu memiliki dimensi 2.550 X 32 m. Pembangunan fasilitas pendukung lainnya berupa penambahan Apron, Albanav (NDB, R/W light dan tower), hanggar dan Apron barat serta scramble area di R/W 36.

 

-Tanggal 16 Mei Tahun 1981. Dalam menghadapi situasi yang terjadi di wilayah Vietnam dan Kamboja saat itu, Pemerintah dihadapkan pada isu pengungsi serta pencurian terhadap kekayaan laut Indonesia. Oleh karena itu, tahap pembangunan Lanud Ranai selanjutnya adalah pembuatan hanggar dan Apron di sebelah barat landasan pacu serta pembuatan scramble area di ujung landasan pacu sebelah selatan yang selesai pembangunannya pada tahun 1981. Secara keseluruhan peresmian dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 1981 oleh Menhankam Pangab, Jenderal TNI M. Jusuf.

 

PENINGKATAN STATUS LANUD RANAI

Berdasarkan Peraturan Kasau Nomor 30 Tahun 2015 tanggal 23 Oktober 2015, Lanud Ranai telah dinaikkan statusnya dari semula Lanud tipe C menjadi Lanud tipe B. Semenjak saat itu, Lanud Ranai dipimpin oleh Komandan Lanud dijabat seorang Perwira Menengah (Pamen) TNI AU berpangkat Kolonel. Sebagai Lanud tipe B, Lanud Ranai bertugas menyiapkan dan melaksanakan pembinaan dan pengoperasian seluruh satuan dalam jajarannya, pemberdayaan wilayah pertahanan udara dan menyelenggarakan dukungan operasi bagi satuan lainnya.

 

PERUBAHAN NAMA MENJADI LANUD RADEN SADJAD

Selanjutnya guna menghormati jasa-jasa Letnan Udara Satu Raden Sadjad dalam membangun Lanud Ranai, maka berdasar Surat Keputusan Kasau Nomor Kep/678/X/2016 tanggal 21 Oktober 2016, nama Lanud Ranai berubah menjadi Lanud Raden Sadjad. Pemilihan nama Letnan Udara Satu Raden Sadjad sebagai nama Lanud merupakan upaya pelestarian nilai- nilai juang sekaligus menanamkan kebanggaan kepada masyarakat sekitar sehingga diharapkan generasi penerus dapat meneladani semangat nasionalisme yang ditorehkan oleh Raden Sadjad.

Pangkoopsau I Marsda Yuyu Sutisna saat itu, menjelaskan bahwa pergantian nama ini sudah melalui mekanisme koordinasi yang sangat baik antara pihak TNI AU dengan pejabat pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tokoh agama dan ahli waris untuk mengabadikan nama Lanud Ranai dengan nama tokoh pejuang dan perintis TNI AU di Kepulauan Natuna yaitu Raden Sadjad. Peresmian pergantian nama Lanud disaksikan oleh para pejabat saat itu yakni wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni Suprapti, Komandan Lanud Raden Sadjad Kolonel Pnb Nurtantio Affan, ahli waris, tokoh agama dan tokoh masyarakat serta pejabat Pemkab Natuna dan unsur FKPD Natuna.