Pengunjung Website
Hari Ini: 4,283
Minggu Ini: 277,392
Bulan Ini: 1,062,061
|
Jumlah Pengunjung: 14,460,914

Seminar Nasional dan Safety Award TNI AU 2024: "Manajemen Risiko Kelelahan sebagai Kunci Mencegah Insiden Penerbangan"

TNI AU. Jakarta. Implementasi sistem manajemen risiko kelelahan merupakan salah satu upaya untuk memitigasi terjadinya incident  maupun accident  pada dunia penerbangan. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Retno Wibawanti, Sp.Kp., Sekretaris Program Studi Spesialis Kedokteran Penerbangan FKUI, dalam Seminar Nasional dan Safety Award TNI AU 2024 yang dibuka Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI M. Tonny Harjono, S.E., M.M., di Gedung Puri Ardhya Garini, Jakarta, pada Kamis (1/8/24).Dr. Retno menjelaskan bahwa kelelahan merupakan kondisi psikofisiologis yang dapat mengganggu kewaspadaan kru dan kemampuan dalam mengoperasikan pesawat dengan aman. Faktor penyebab kelelahan ini meliputi kurang tidur, jam kerja yang panjang, gangguan ritme sirkadian, serta beban kerja yang berlebihan.Dalam paparanya disebutkan tentang penelitian terhadap 162 pilot dan navigator USAF, terungkap penjadwalan misi yang tidak tepat dan kondisi tidur yang buruk menjadi penyebab utama kelelahan saat terbang (Technical Report AFRL-HE-BR TR-2006-0071, ADA462989 Affiliation: Air Force Research Laboratory)Untuk itu ditekankan pentingnya mengukur kelelahan baik secara subjektif maupun objektif. Ia menjelaskan penggunaan model biomatematika dan penerapan sistem manajemen risiko kelelahan (Fatigue Risk Management System/FRMS) untuk mengurangi insiden dan kecelakaan terkait kelelahan.Seminar ini juga menghadirkan Deputy Chief of Aviation Safety US Pacific Air Force (US Pacaf), Lt. Col. Joshua Ramirez, yang memaparkan materi tentang penerapan Artificial Intelligence (AI) dalam Sistem Manajemen Keselamatan.Lt. Col. Ramirez menjelaskan bagaimana Angkatan Udara AS (USAF) telah menerapkan sistem AI dalam manajemen keselamatan dan berencana memperluas penggunaannya untuk mendeteksi potensi risiko. Menurutnya, AI dapat mengoptimalkan rute penerbangan, melakukan pemeliharaan prediktif, dan mengelola operasi serta pengendalian lalu lintas udara. Namun, ia juga mengingatkan akan adanya tantangan seperti halusinasi AI, ketidakpastian, otomasi berlebihan, dan kurangnya transparansi.Sementara itu, sesi terakhir dibawakan oleh Deputy Director Safety - Systems Airworthiness Defence Aviation Safety Authority (DASA), Mr. Mark Clark, yang membahas peran dan tanggung jawab DASA dalam menjamin keselamatan penerbangan di lingkungan pertahanan. Dengan 38 tahun pengalaman, Mr. Clark memperkenalkan Safety Assurance Intelligence System (SAIS), sebuah sistem data keselamatan terintegrasi untuk mendukung pengawasan dan penjaminan keselamatan berbasis risiko.